Jembatan Ratapan Ibu, Payakumbuh
Jembatan Ratapan Ibu - Pertama kali mendengar namanya, Saya langsung bertanya-tanya mengapa jembatan indah ini diberi nama yang terdengar demikian memilukan. Ternyata ini bukan jembatan biasa yang dibangun sebagai alat bantu transportasi saja, ada cerita sejarah yang membuat jembatan ini dinamai sedemikian rupa. Dibalik keindahan Jembatan Ratapan Ibu dan Sungai Batang Agam yang mengalir dibawahnya, tersimpan cerita pilu tentang perjuangan para pemuda ranah Minang dalam merebut kemerdekaan. Terdengar cukup menyedihkan, tetapi begitulah gambaran sejarah yang
dimiliki Jembatan Ratapan Ibu ini, sehingga menarik para wisatawan untuk
melihat langsung serta mengetahui kisah di balik jembatan ini.
Jembatan Ratapan Ibu adalah sebuah jembatan yang terletak di kota
Payakumbuh, Sumatera Barat. Jika kita dari Kota Padang, cukup menempuh perjalanan sekitar 3 jam
dengan menggunakan bus atau travel. Namun jika kita dari kota Bukittinggi, hanya perlu memakan
waktu sekitar 40 menit perjalanan. Jembatan ini dibangun tahun 1818 dan
memiliki panjang 40 meter dengan arsitektur kuno berupa susunan batu
merah setengah lingkaran yang direkat dengan kapur dan semen tanpa
menggunakan tulang besi. Jembatan ini melintasi Sungai Batang Agam,
menghubungkan Pasar Payakumbuh dan nagari Aie Tabik (nagari = setingkat desa di Sumatera Barat). Dibangun oleh pemerintah Hindia-Belanda dengan menggunakan para pribumi sebagai pekerja paksa.
Sungai Batang Agam dari sisi lain jembatan
Di atas jembatan inilah pemuda nagari Payakumbuh dahulu dibantai dan
dibunuh oleh serdadu Belanda
Jembatan ini menjadi terkenal dan bersejarah karena menjadi tempat
eksekusi para pejuang kemerdekaan oleh tentara Belanda di zaman
penjajahan. Mereka disuruh berbaris di pinggir
jembatan menghadap sungai, lalu serdadu Belanda mengeksekusinya dengan
cara menembak, kemudian mayat mereka di lempar ke sungai Agam yang
berada di bawah jembatan itu yang kemudian hanyut dibawa arus sungai. Kejadian itu disaksikan langsung oleh masyarakat sekitar. Kaum ibu
yang melihatnya tak bisa berbuat banyak selain hanya bisa pasrah dan
terus menangis melihat peristiwa kejam itu.
Untuk mengenang kekejaman Belanda dan perjuangan para pejuang yang di
bantai di jembatan ratapan ibu maka dibangun monumen ratapan ibu. Sebuah patung wanita paruh baya mencerminkan seorang ibu yg mengenakkan pakain khas Minang dan menunjuk
kearah jembatan seolah2 menggambarkan kesedihan seorang ibu
yg melihat anak dan suami mereka di bantai di jembatan tersebut.
Patung Ratapan Ibu
Petikan puisi Chairil Anwar di kaki monumen
Diresmikan tahun 1980
Plakat nama Jembatan Ratapan Ibu
Kawasan Jembatan Ratapan Ibu saat ini sudah mulai dikembangkan menjadi Ruang Terbuka Hijau oleh pemerintah daerah setempat. Dengan dilakukannya perluasan dan pembangunan taman di sisi
sungainya, menjadikannya salah satu tempat bersantai favorit di pagi atau sore hari. Mereka yang datang hampir selalu menggunakan kesempatannya untuk berfoto di
sekitar jembatan dan tugu ratapan ibu yang bersejarah.
Pembangunan taman
di sisi sungai ini dijamin akan membuat kita betah untuk berlama-lama
disini. Kita dapat masuk ke taman dengan melewati tugu ratapan ibu
terlebih dahulu, setibanya di taman, kita dapat duduk bersantai sambil
menikmati suara air yang mengalir dari sungai Agam serta melihat
kendaraan yang sibuk melintas dari atas jembatan ratapan ibu ini.
Sesekali bias dari sinar matahari yang menyinari air sungai ini akan
membentuk pelangi yang indah dipandang mata. Pemandangan tumbuh-tumbuhan
hijau yang di tanam pun semakin membuat tempat ini terlihat asri dan
cantik. Udara segar yang terasa disini dijamin akan menghilangkan
kepenatan yang kita rasakan. Sangat cocok untuk tempat menghilangkan
stress dari keramaian kota.
Ruang Terbuka Hijau
Taman di tepi Sungai Agam
Masjid diatas Sungai Agam
Sedikit Tips:
1. Datanglah kesini pada pagi atau sore hari, karena cuaca sangat nyaman dinikmati pada saat itu.
2. Berhati-hatilah saat bermain di pinggir sungai, karena arusnya cukup deras.
3. Bawalah kamera dan buku catatan anda, karena anda akan banyak tahu informasi dari tempat bersejarah ini.
4. Jangan membuang sampai ke dalam sungai, karena akan mengurangi keindahan tempat wisata yang bersejarah ini.
Pas baca judulnya aja langsung kebayang ibu nangis-nangis gitu... :(
BalasHapustapi pemandangannya keren :D
iya mbak, namanya memang begitu menyayat hati dan bikin penasaran...
Hapusbtw, ini lokasinya di tengah kota dan deket pasar lho... :)
makasih dah mampir...
aduh itu foto yg di jembatan pake tehnik apa kakak? pengeeen rasanya foto seperti itu :(
BalasHapusitu pake long exposure... jadi pake shutter speed lambat, buat amannya sih pake tripod biar gambarnya gak blur... masih belajar juga kog... :)
Hapusterima kasih sudah mampir...
yeahh..
BalasHapusjadi meratap pengen kesono..
ayo.. ayo.. mari kesini... hehehe
Hapusterima kasih sudah mampir... :)
Liat tempat nya nyaman banget, ini yang selalu aku rindu dari sumbar. Btw foto nya keren bener, mau dong diajarin moto :-)
BalasHapusiya mas, alam Sumbar memang rancak... ijo royo-royo... :)
Hapusboleh, tapi saya diajakin jalan-jalan juga yak... :D
Hoooo, RTH di pinggir sungai! Saya suka ini apalagi foto slow speednya, hehehe. Enak sekali warga Payakumbuh punya RTH macam ini. Tentang eksekusi di atas jembatan ini kok yang terbayang di benak saya malah eksekusi terduga PKI tahun 1965 akhir ya? Sepertinya orang-orang senang membuang mayat di sungai...
BalasHapusiya mas... selain pinggir sungai, RTH ini juga dekat pasar... jadi kalo capek belanja, bisa ngaso dulu disini... :)
HapusSepertinya begitu, sungai kita adalah tempat sampah dan MCK terpanjang didunia... :miris
Sabana rancak pemandangannyo.... Tapi miris juga hati ini membaca jembatan ini sebagai tempat eksekusi...... Kalau ada kesempatan dan rezeqi aku mampirlah kesana... Terima kasih infonya
BalasHapusiya, jembatan ini merupakan saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan sudah sepantasnya untuk selalu dilestarikan...
BalasHapusAlasan mereka di eksekusi mati itu apa ya?
BalasHapuskarena dianggap sebagai pemberontak oleh penjajah Belanda
HapusMelihat foto nya teringat 20 thn silam, sewaktu masih sekolah di payakumbuh....
BalasHapus