Berbicara mengenai Taman
Satwa Taru Jurug (TSTJ) adalah lebih banyak berbicara mengenai memori dan flashback. Menelusuri setiap
jengkal TSTJ seakan membawa saya ke beberapa tahun silam dimana masa-masa kecil saya cukup sering diajak almarhum
ayah berwisata kesini. Walaupun ada perombakan dan perbaikan yang dilakukan
pihak manajemen, namun nuansa kebahagiaan dan nostalgia masih bisa saya
rasakan.
Beberapa hari yang lalu saya kesini bersama dengan keluarga kecil saya yang memang sangat antusias dengan dunia flora dan
fauna, terutama anak-anak saya. Hampir di setiap kota atau daerah yang kami
kunjungi, destinasi utamanya adalah kebun binatang. Meskipun tidak selengkap
taman wisata di kota modern lainnya, namun TSTJ cukup memiliki tempat di hati
masyarakat Solo dan menjadi destinasi tujuan untuk liburan keluarga. Untuk
masuk ke TSTJ kita perlu membeli tiket senilai Rp 20.000,- per orang dan anak
dengan tinggi diatas 80cm harus membeli tiket penuh. Di peron, selain tiket
kita juga diberikan beberapa voucher potongan harga yang bisa ditukarkan dengan
aneka makanan atau minuman di area TSTJ.
Sebelum menjadi sebuah taman satwa, kawasan ini
dulunya adalah sebuah taman biasa dengan berbagai macam permainan. Taman ini
didirikan pada tahun 1972, sebagai salah satu sarana hiburan dan rekreasi warga
solo dan sekitarnya. Terutama warga karanganyar, lantaran kawasan ini
berbatasan langsung dengan kabupaten Karanganyar.
Setelah taman sriwedari di rombak, semua hewan
yang ada disana pada akhirnya, dipindahkan ke taman jurug. Kepindahan
hewan-hewan ini pun juga diikuti dengan dibentuknya sebuah yayasan bernama bina
satwa taruna. Yayasan ini mempunyai fungsi menjaga ekositem hewan-hewan agar
tidak punah dan tidak banyak yang mati seperti berada di taman sriwedari.