4 Sep 2013

Raun Sumatera (Barat)

   Raun artinya adalah jalan-jalan dalam bahasa minang

    Berawal dari rasa penasaran kami akan keindahan ranah Minang yang sudah sering kami dengar tapi belum sempat untuk membuktikannya sendiri, maka dengan berbekal sedikit pengetahuan mengenai jalan dan "kenekatan" dimulailah perjalanan ini. Kami berangkat dengan sepeda motor dari Payakumbuh kurang lebih jam 7 pagi. Kondisi Payakumbuh saat itu masih berkabut, dan udara cukup dingin. Saya berboncengan dengan istri yang kebetulan saat itu belum ada satu bulan di Payakumbuh.

    Tujuan pertama kami sebenarnya hanyalah ke danau Maninjau yang terletak di Kabupaten Agam. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam dan 84 kilometer dari tempat kami, Payakumbuh. Sebelum sampai di danau, kita akan disuguhi kelokan tajam sebanyak 44 (atau mungkin lebih) jadi siapkan perut anda karena mungkin akan terasa sedikit mual. Untuk menghilangkan rasa mual kita bisa berhenti sebentar untuk menikmati pemandangan dan berinteraksi dengan monyet-monyet jinak yang ada di sepanjang jalan.

Panorama danau Maninjau dilihat dari Kelok 44

 

Nelayan sedang mencari ikan dan pensi sejenis keong yang merupakan khas danau Maninjau


    Merasa belum puas dengan keindahan danau Maninjau, karena ada "bisikan" dan provokasi dari seorang rekan, maka perjalanan dilanjutkan ke Lubuk Basung dimana konon katanya ada beberapa pantai bagus. Sampailah kami di pantai Bandar Mutiara. Cukup dengan membayar Rp 4.000,-/motor kita bisa menikmati pantai yang cukup unik dan asri. Bila biasanya di pantai kita menemui pohon kelapa, maka di pantai ini kita akan menemui deretan pohon pinus dan hamparan pasir putih. Yang lebih asyik lagi pantai ini cukup sepi dan bersih, jadi semacam private beach pada waktu kami kesana.

Perahu nelayan yang "terdampar" di pasir pantai


Hamparan pasir putih dan hijaunya pohon pinus sangat memanjakan mata

Tidak lupa untuk mencicipi jajanan yang banyak dijajakan oleh anak kecil di pantai Bandar Mutiara, yaitu udang, kepiting kecil, dan ikan kecil yang digoreng renyah dengan tepung.

    Lagi-lagi karena ada provokasi dari seorang kawan yang mengatakan bahwa tidak jauh dari lokasi kami sekarang, masih ada pantai lagi yang tidak kalah cantik, yaitu pantai Gandoriah di Pariaman. Pantai ini berjarak sekitar 60 km dari Kota Padang merupakan pantai dengan hamparan pasir putih yang dibalut hembusan angin sepoi serta gugusan pulau-pulau kecil. Bagi anda yang datang dari Kota Padang menggunakan kereta api tidak akan kesulitan menemukan lokasi Pantai ini karena letak stasiun pemberhentian kereta api Pariaman persis berada di pintu gerbang Pantai Gandoriah. Cukup melangkah beberapa langkah maka Anda sudah tiba di kawasan objek wisata Pantai Gandoriah. Tetapi karena kami dari arah lubuk basung dan menggunakan motor maka rute yang kami tempuh berbeda. Sampai di pantai, kami salat Ashar dulu di masjid yang cukup besar dan bersih di dekat pantai. Selesai salat, kami mengistirahatkan pantat yang panas dan penat karena terlalu lama berinteraksi dengan jok motor :) sembari menunggu sunset di pantai Gandoriah.

Gerbang masuk pantai Gandoriah


Menikmati sunset sejenak di pantai Gandoriah


    Puas menikmati sunset di pantai Gandoriah, selepas maghrib kami bertolak meninggalkan Pariaman untuk menuju Payakumbuh. Ditemani hujan rintik-rintik sepanjang jalan dan pengetahuan arah kami yang masih seadanya apalagi malam hari, mulailah kami mengandalkan insting dan mata serta telinga untuk bertanya hampir di setiap persimpangan jalan :). Akhirnya sekitar jam 21.30 WIB kami sampai di Jam Gadang, Bukittinggi. Melepas penat dan dingin sepanjang jalan, kami memutuskan untuk makan malam di sekitar Jam Gadang. Selesai makan malam, perjalanan dilanjutkan lagi ke Payakumbuh yang tinggal berjarak kurang lebih 36 KM lagi, tapi karena udara dingin menusuk serta rasa capek dan ngantuk menjadikan jarak Bukittinggi-Payakumbuh terasa sangat jauh. Alhamdulillah sampai di rumah (kontrakan) hampir pukul 24.00 WIB. Total jarak yang kami tempuh satu hari itu kurang lebih 200-an KM dan istri saya dalam keadaan hamil muda. Alhamdulillah kondisi kandungannya dalam keadaan sehat dan sekarang telah menjadi jagoan kecil kami yang entah ada korelasinya atau tidak, sangat senang sekali apabila diajak jalan-jalan.. :)
What's a Journey...

Suasana Jam Gadang di malam hari
Lokasi: West Sumatra, Indonesia

2 komentar:

  1. Wah, saya naksir itu sama kepiting goreng tepungnya, kayaknya yummy, cocok disantap sehabis menempuh perjalanan panjang. Eh itu bukannya pohon cemara pantai ya? bukan pinus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mas... kepitingnya tu crispy dan cangkangnya juga bisa dimakan... =p~
      ooh... cemara pantai ya? saya malah baru tau... kirain itu pohon pinus... hehehe

      Hapus

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com