Jalan-jalan lagi kita ke Bukittinggi, dan tujuan kali ini masih di komplek jam gadang tepatnya di Pasar Lereng. Dimana di lokasi tersebut kita bisa menemukan kerajaan nasi kapau yang sangat menggugah selera. Ada sebuah ungkapan dari seorang travel blogger dari Sumbar yang mengatakan bahwa “Anda tidak resmi ke Bukittinggi kalau tidak coba Nasi Kapau”. Berawal dari rasa penasaran itulah, saya sempatkan untuk mencari tahu seperti apa nasi kapau itu.
Nasi kapau merupakan sebutan untuk nasi plus lauk-pauk khas BukitTinggi, yang berasal dari Nagari Kapau. Bukan hanya racikan bumbunya yang khas, pedas belimpah rempah
tetapi juga gaya penataan lauknya berbeda. Lauk-pauk tidak dipajang di
dalam lemari kaca tetapi di atas meja bertingkat dalam baskom-baskom
besar. Baskom-baskom penuh lauk berjajar teratur di meja
bertingkat, warnanya menggoda, setiap baskom berisi lauk dengan warna kuning
kemerahan, dari tampilannya saja saya sudah berkali-kali menelan liur. Di
belakang deretan makanan tersebut, berdiri seorang ibu yang selalu siap
mengambilkan lauk yang kita inginkan. Dia memegang periuk panjang, saat saya tanya
kenapa harus begitu panjang, ternyata hanya alasan fungsional, supaya ia bisa
menjangkau semua baskom tanpa harus berpindah dari singgasananya.
Nasi kapau standar selalu dilengkapi gulai nangka ciri khas nasi kapau. Gulai nangka
tidak menggunakan banyak santan dan tidak terlalu kental. Gulai
dicampur kacang panjang, kol, rebung, pakis, dan jengkol. Di samping
gulai nangka, hampir seluruh lauk nasi kapau terdiri dari masakan
daging-daging. Gulai usus (gulai tambunsu)
campuran telur ayam dan tahu yang dimasukkan ke usus sapi (karena usus
kerbau lebih keras), gulai ikan, gulai tunjang (urat kaki kerbau atau sapi), gulai cangcang (tulang dan daging kerbau), ayam panggang, teri
balado, tongkol balado, dendeng balado, goreng belut, dan sambal lado
hijau. Lauk nasi Kapau lainnya berupa ayam goreng, ayam goreng hijau
gulai ayam, rendang ayam, rendang daging, dll.
Lalu apa bedanya Nasi Kapau dengan Nasi Padang pada umumnya? Menurut cerita seorang nenek yang asyik
mengunyah jengkol di seberang meja. Nasi Padang dan Nasi Kapau memiliki banyak
kemiripan, namun, Nasi Kapau ditambahi beberapa bumbu khusus yang membuat
rasanya lebih nendang. Dinamakan Nasi
Kapau juga karena kuliner ini berasal dari Nagari Kapau, salah satu daerah di
Sumatera Barat. Dilihat dari warnanya pun ada perbedaan antara nasi padang dan nasi kapau, kalau nasi padang pada umumnya berwarna agak cokelat kemerahan tetapi kalau nasi kapau lebih berwarna kuning. "Jangan pernah takut kelaparan apabila ada di Minang" mungkin ada benarnya ungkapan ini. Tetapi saran saya sebaiknya kita bisa mengontrol perut kita (walau sulit) karena melihat dari bahan yang mayoritas jeroan dan penggunaan santan yang cukup jor-joran maka akan cukup berpengaruh terhadap kesehatan kita nanti. Perut kenyang maka hati senang, tetapi tetap jadi konsumen yang cerdas, right??
Benar-benar menggugah selera memang. Tapi saya penasaran, warga Minang itu apa ya setiap hari mengonsumsi nasi semacam nasi kapau ini? Yang berkuah santan dan banyak jeroan? Sehatkah masa tuanya? Penasaran...
BalasHapusEmm... bisa dibilang begitu mas...
Hapusdisini (Minang) susah mo nyari sayur bayem atau sayur berkuah bening lainnya selain soto padang dan sup daging (setau saya)
minuman aja pake santan, namanya kaliki santan (kaliki=pepaya)
dan ada RS Stroke nasional di Bukittinggi :-s
Hi kak,
BalasHapusPerkenalkan saya merlyn dari situs HL8 ingin menawarkan kerjasama dalam bentuk program affiliasi dimana anda bisa mendapatkan keuntungan komisi 40% flat dari kami setiap bulannya, Apabila anda tertarik silahkan hubungi kami di affiliate[a]hl8asia .com atau fb saya.
Terima kasih atas perhatiannya
merlyn