Asalnya dari bagian pohon kopi, namun secangkir Kawa Daun ini berbeda dengan kopi. Kawa Daun ini lebih pas jika dimasukan dalam ragam teh, karena bahan untuk membuatnya bukan dari biji kopi, melainkan dari daun kopi. Kawa Daun ini adalah minuman tradisional dari daerah Minangkabau terutama di daerah Tanah Datar. Sejarah teh Kawa Daun awalnya berasal dari sebuah ironi ibarat cerita satir namun kemudian menjadi sebuah kisah istimewa. Kopi adalah produk utama dan andalan kolonial Belanda yang mempunyai harga sangat baik di Eropa. Sebagai produk premium maka para pekerja dan petani hanya diperkenankan untuk menanam dan memelihara kopi, memetik dan menyerahkannya pada kolonial Belanda. Pekerja dan petani kopi dilarang untuk mencicipi kopi yang ditanam atau dijaganya.
Kami mencoba mengunjungi
tempat pembuatan kawa daun yang lumayan masih otentik dan lumayan terkenal dari
mulut ke mulut di daerah Tabek Patah, Tanah Datar. Dan kami memutuskan kesana
dengan ber-gowes. Berangkat dari Payakumbuh sekitar jam 07.00 WIB saat
kabut masih lumayan tebal dan udara cukup dingin. Trek menuju Tanah Datar ini
sangat bervariasi. Ada (banyak) tanjakan, turunan (pastinya setelah tanjakan),
jalan berkelok-kelok. Jadi jangan terkecoh dengan nama Tanah Datar, karena
sangat jarang ditemui tanah yang benar-benar datar karena wilayahnya berupa
perbukitan.
Menyempatkan diri untuk sarapan dengan katupek gulai (sejenis lontong sayur)
"Ayo buk, kita balapan nanjak" | "ini mah santapan tiap hari nak"
Tanjakan dan kelokan yang seakan gak habis-habis
Phuchuk.. Phuchuk... *korban iklan
Tapi percayalah setelah tanjakan pasti ada turunan (biasanya)
Menuntun sepeda bukan sebuah aib kok... :)
Kembali ke kawa daun,
Tahun 1840 di Minangkabau diterapkan tanam paksa atau Cultuurstelsel. Petani
diminta menanam kopi namun tak boleh memetiknya. Buah hasil tanaman kopi adalah
kepunyaan kolonial Belanda. Para Meneer Belanda hanya mengijinkan petani untuk
memetik daun kopi. Tak lupa Meneer Belanda mengatakan bahwa daun kopi lebih
berkhasiat ketimbang bijinya.
Petani Minangkabau kemudian memetik daun kopi, yang lalu disangrai dan diseduh
layaknya membuat minuman teh. Minuman itulah yang kemudian disebut sebagai Kawa
Daun, atau daun kopi, mengingat kata kopi berasal dari Kahwa dalam bahasa Arab.
Maka Kawa Daun berarti minuman yang berasal dari daun kopi.
Meskipun Belanda pergi namun minuman Kawa Daun terus bertahan menjadi kebiasaan
di beberapa daerah yang kini masuk di propinsi Sumatera Barat. Kawa Daun
disajikan dalam kedai-kedai atau disebut sebagai Dangau Kawa, disajikan tidak
dengan gelas melainkan tempurung kelapa (sayak) yang ditopang dengan
potongan bambu di bawahnya. Disantap bersama gorengannya yang masih panas
seperti pisang goreng, bakwan, tahu isi, bika bakar dan lain-lain.
Bila anda mencobanya untuk pertama sekali mungkin akan terasa begitu berbeda
dan terasa begitu aneh di lidah anda. Namun bila anda menikmatinya dengan cara
perlahan-lahan serta menikmatinya dengan santai dan biarkan aroma juga
rasanya berputar-putar, bermain-main di lidah serta di mulut anda maka
anda akan benar-benar mendapatkan citarasanya yang sungguh sangat nikmat dan
tak terlupakan.
Kurang lebih seperti inilah teh Kawa Daun yang disajikan di dangau-dangau
Teman setia kawa daun, Gorengan dengan ukuran yang cukup "jumbo"
Salah satu dangau yang cukup terkenal di daerah Tabek Patah, tempatnya sederhana tapi pengunjungnya ramainya mintak ampuun...
Penelitian terbaru di
Inggris menemukan bahwa teh dari daun kopi ini ternyata lebih sehat ketimbang
teh dan kopi sendiri. Menurut para ilmuwan dari Royal Botanic Gardens di
Kew, London, dan Joint Research Unit for Crop Diversity, Adaptation and
Development di Montpellier, teh daun kopi mengandung senyawa yang bermanfaat
mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes.
Pemandangan menuju Tanah (yang katanya) Datar
asik...
BalasHapusbersepeda asiknya emang lintas alam nan sejuk dan hijau...
kunjungi kami bagi anda yang ingin bersepeda di lembah harau sumatra barat.
Bike To Harau
terima kasih
postingan yg bagus :D
BalasHapusasik sekali...
Ingin menikmati liburan sambil menikmati kopi kawa dan belajar banyak tentang Rendang, klik saja
disini
Terima kasih
kebiasaan ini muncul pertama kali di sekitaran luhak tanah datar,. ketika belanda mengetahui hal ini mungkin belanda turut serta menyebarkan ke luar tanah datar,. jadi ini bukan karena ide belanda, tapi murni kreatifitas petani..
BalasHapusmungkin dari sebuah keterbatasan akan muncul ide-ide dan kreatifitas yang luar biasa... :D
Hapusterima kasih kunjungannya