Sebuah daerah kecil di bibir pantai Sumatera Barat, terletak di Kabupaten Pesisir Selatan. Apa yang ada disana? Sebuah kota kecil yang menjadi tujuan perjalanan kami yang bernama Painan. Bukan sebuah daerah di China melainkan adalah ibukota dari Kabupaten Pesisir Selatan. Tidak ada data yang pasti siapa yang memberi nama kota ini Painan. Namun
menurut masyarakat setempat, nama Painan berasal dari kata paik nian dalam bahasa Minang yang berarti "pahit sekali". Kata paik nian sendiri diperkirakan berasal dari ucapan masyarakat pendatang yang merasakan pahitnya kehidupan di daerah Painan. Mungkin itu pula yang menyebabkan kota ini sangat tenang cenderung sepi. Di saat weekend, kota ini akan tambah sepi. Anak-anak sekolah biasanya telah pulang ke daerah-daerah pinggiran Painan. Begitu pula dengan para pekerja kantoran yang sebagian besar berasal dari daerah lain.
Suasana Jalan di Painan hari Minggu pagi
Suasana yang sama kami dapati pada saat mengunjungi kota ini pada hari Sabtu-Minggu. Kesan pertama adalah tenang.. bahkan terlalu tenang seperti kota mati. Kami sempat parno mungkin kota ini telah dikuasai makhluk asing atau terinfeksi suatu virus berbahaya (kebanyakan nonton film zombie). Pernah iseng, menghitung kendaraan yang berpapasan dengan mobil kami. Dan hasilnya dalam 30 menit tidak lebih dari 5 kendaraan yang kami temui. Walaupun begitu, Painan tetap menawan dengan alamnya yang elok. Setidaknya ada beberapa objek wisata yang patut dikunjungi, yaitu Bukik Langkisau, Pantai Carocok, Pulau Cingkuak dan Jembatan Akar.
Invasi dimulai dari sebuah perempatan yang cukup lengang
Dilanjutkan dengan "menduduki" Kantor Bupati Pesisir Selatan
Euforia kami "menguasai' kota ini tidak lama, pada saat perut nagih minta untuk diisi pada saat itulah baru terasa susahnya nyari warung makan yang buka pada weekend seperti ini. Apalagi pada malam hari, kami berputar-putar berharap menemukan makanan khas yang berbeda yang bisa kami cicip. Tetapi pada akhirnya kami harus menerima kenyataan untuk kembali ke selera asal yaitu pecel lele di depan pasar Painan. Tetapi apapun itu, sudah semestinya kita syukuri.
0 komentar:
Posting Komentar