Pernah terbersit dalam hati pada saat mengunjungi salah satu kota walet di Jawa Tengah agar suatu saat bisa mengunjunginya lagi. Dan pada tanggal 28 Maret 2014 keluar sebuah pengumuman mutasi / pindah kerja ke salah satu kota di provinsi Jambi, yaitu Kuala Tungkal. Belum ada feeling apa-apa sampai mulai memasuki daerahnya, ternyata ini adalah kota walet juga tetapi di pulau Sumatera. Sungguh Allah adalah pemilik skenario yang paling hebat, tidak langsung memberikan ikan tetapi memberikan kail agar saya (lebih) berusaha dan berjuang dulu di kota ini dengan konsekuensi jauh dari keluarga, tapi life must go on.... Semoga nanti pada saatnya kembali ke pulau Jawa saya bisa lebih bersyukur dan menghargai hidup. Sudah ah, curhatnya....
Gerbang masuk Kuala Tungkal
Kuala Tungkal juga menjadi pusat masuknya produk-produk impor.
Pada 1990-an, barang-barang bekas dari Singapura marak beredar. Tidak sedikit
orang dari luar daerah khusus datang ke Kuala Tungkal hanya untuk berburu
barang bekas, seperti pakaian, sepeda, kasur, jaket kulit, dan perabot rumah
tangga. Hal lain yang menarik dari kota ini adalah meskipun tanahnya
labil dan rawa tetapi banyak terdapat bangunan gedung-gedung tinggi. Semacam
apartemen berlantai 4 atau 5, tetapi ada yang ganjil dengan bangunan ini.
Gedung-gedung bertingkat ini dibuat dengan formasi rumah walet di bagian
atasnya, di bawahnya menjadi toko, dan bagian tengahnya barulah penghuni rumah
itu tinggal. Suasana sangat ramai dan riuh dari suara walet-walet tersebut maupun dari CD suara walet yang sengaja diputar pemilik gedung guna menarik walet agar masuk dan membuat sarang di gedung mereka.
"Apartemen" Walet
Para walet "pulang" di senja hari
Tidak jauh dari klenteng ini ada pondok pesantren yang cukup besar
Obyek wisata yang bisa kita nikmati di kota ini antara lain, ‘pelabuhan’
Kuala Tungkal, pasar tradisional di pinggir sungai (yang dekat dengan
lautnya) dan pusat perbelanjaan barang seken (second). Di Pelabuhan, kita akan disuguhi suasana alam yang masih asli.
Pelabuhannya begitu sederhana. Jalan setapak menuju kapal boat masih
menggunakan kayu dan dibangun seperti panggung. Namun demikian banyak
pelancong yang memanfaatkan pelabuhan ini untuk pergi menuju pulau Batam
bahkan ke negara tetangga, Singapura. Pemandangan pagi dan sore saat sunset dan sunrise
sungguh eksotik. Banyak warga yang memanfaatkannya untuk rekreasi sembari menikmati makanan kecil yang banyak dijual di sekitar pelabuhan. Jika air surut, kita dapat melihat binatang-binatang
laut seperti kepiting dan ‘ikan’ cempakul (semacam ikan yang bisa berjalan) muncul dari lumpur yang mengelilingi
pelabuhan itu.
Suasana senja di "Water Front City" Kuala Tungkal
Kuliner utama disini tentu saja seafoodnya. Sebut saja RM. Nikmat dengan
kerang dan tim ikannya yng super dahsyat, atau warung seafood tenda di
dalam terminal. RM Setia Jaya dengan kerang dan kepitingnya yang menggugah
selera untuk nambah nasi lagi, :) Coba juga rumah
makan cak mid, lokasinya di depan
terminal pas di perempatan jalan. Menu yang jadi andalan adalah pindang
asam pedas ikan gerot (konon katanya ini ikan paling enak, jauh lebih
enak dibanding kakap dan bawal) serta kepiting saus telur. Lupakan sejenak kolesterol, saat menikmati makanan ini. Si ikan gerot
dengan kulit sangat tebal dan daging putih memang enak, dipadu dengan
kuah pindang yang segar... Sangat memanjakan lidah... :)
Selain hal-hal menarik diatas, ada beberapa bagian dari kota ini yang kurang saya sukai. Yang pasti adalah air, air disini mayoritas berwarna cokelat dan agak berbau. Berdasarkan pengalaman, air yang terbaik adalah air hujan. Tetapi itupun tidak bisa langsung digunakan untuk mandi, harus dimasak dulu apabila tidak ingin badan menjadi linu-linu. Kemudian adalah nyamuk, terutama nyamuk rawa yang ukurannya cukup besar dan apabila menggigit menimbulkan bekas bentol-bentol yang cukup besar. Yang ketiga adalah infrastruktur terutama jalan utama yang rusaknya sudah teramat sangat parah. Tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah setempat, karena selain kondisi geografis tanahnya yang labil, hampir setiap musim air laut pasang terjadi banjir rob dan menggenangi jalan sehingga mempercepat kerusakan jalan.
Taman Kota
Becak Sepeda, angkutan khas Kuala Tungkal
Suasana Pasar
Tugu Juang 1945
selamat menunaikan tugas di Kuala Tungkal bro!
BalasHapusTerima kasih mas... bersiap memulai petualangan baru di tempat baru... :-b
HapusMantap Mas, mau belajar jepret...
BalasHapusTerima kasih @Jas Merah, masih terus belajar juga kok... :)
BalasHapus