Sebuah
pabrik tua yang sudah berhenti beroperasi dan terbengkalai kurang lebih 20
tahun yang lalu telah dirombak menjadi sebuah tempat wisata bertema heritage di
wilayah Karanganyar. Di Jalan Adi Sucipto, sekitar 10 menit dari
Bandara Adi Soemarmo, Anda akan menemukan Pabrik Gula Colomadu yang telah
direvitalisasi menjadi tempat wisata dan kawasan komersial. Namanya kini
berubah menjadi “De Tjolomadoe” didirikan tahun 1861 di Karanganyar oleh
Mangkunegaran IV. Tahun 1928, pabrik ini mengalami perluasan area lahan tebu
dan perombakan arsitektur. Di tahun itu
pula PG Colomadu mengalami kejayaan. Bangunan
heritage yang dulunya tempat penggilingan tebu itu kini bersiap menjadi tempat
internasional.
Sedikitnya ada tujuh bagian di
gedung utama yang dirombak dan dialihfungsikan. Misalnya Stasiun Gilingan
difungsikan untuk museum. Stasiun Ketelan difungsikan untuk restoran dan tempat
pameran. Kemudian Stasiun Penguapan menjadi lorong panjang yang kanan kirinya
berjajar kios butik dan makanan. Stasiun Karbonasi digunakan untuk pusat
oleh-oleh kerajinan. Bagian Besalen atau bengkel kini diubah menjadi kafe.
Sekilas melihat, sangat berbeda sekali kondisi pabrik ini sebelum dan sesudah
direnovasi.
Hal yang cukup penting bagi saya
adalah biaya masuk ke tempat ini masih di gratiskan hingga waktu yang belum
ditentukan :)
PT Sinergi Colomadu selaku pengelola mengatakan sengaja masih menggratiskan
biaya masuk ke objek wisata yang dulunya merupakan bekas Pabrik Gula (PG)
Colomadu tersebut. Pengunjung dapat berfoto-foto hingga pukul 22.00 WIB karena
banyak titik yang “Instagramable”. Pihak pengelola juga berupaya menarik minat
anak-anak untuk berkunjung karena di dalamnya terdapat museum yang menceritakan
sejarah PG Colomadu.
Di sisi lain, revitalisasi PG
Colomadu juga mendapatkan kritik pedas dari beberapa pihak termasuk budayawan
dan seniman. Menurut mereka yang disayangkan adalah hilangnya nilai heritage
yang terbangun sejak sekitar 150 tahun lalu. Nilai tersebut bukan melulu
tentang pabriknya, namun juga dampak-dampak yang timbul atas berdirinya PG
Colomadu. Mesin-mesin PG Colomadu telah melalui proses panjang selama 150
tahun, sehingga menciptakan fisik natural dan spesial. Dengan revitalisasi,
mendadak nilai itu hilang. Selain itu, apabila hendak berwisata kesini saran
saya adalah membawa bekal makanan sendiri. Karena harga makanan yang tersedia
di kafetaria tergolong cukup mahal, agar sejalan dengan prinsip “wisata hemat”
saya apalagi tiket masuknya masih gratis :)
So, sudahkah memasukkan wisata heritage ke agenda akhir pekan?
belum pernah masuk kesini hehehe
BalasHapusCoba aja mas, mumpung masih gratis... 😁
Hapustaun depan wkwkw
HapusMas Danis sama Dedek Hasna bawa bekal apa kemarin?pst ada kue lebarannya ya?
BalasHapusIya mas, sama nasi padang sekalian... 😁
Hapusnoted for next trip, hehe...
BalasHapusWajib masuk agenda kalo ke Solo Raya... Terima kasih kunjungannya 😊
Hapus