Tepat pada hari ini adalah tahun ketiga saya mengabdi di "Bumi Serengkuh Dayung Serentak ke Tujuan" atau kota Kuala Tungkal. Sebuah kota pelabuhan yang cukup ramai di masa jayanya, yang masih sering saya dengar dari orang-orang asli sini atau yang besar di tahun '80-'90an.
Pada saat bandara Sultan Thaha di Jambi belum seramai sekarang ini, disaat tiket pesawat masih sangat mahal, dan transportasi darat belum memadai dikarenakan akses jalan yang sangat buruk saat itu, transportasi melalui jalur air baik itu melalui perahu pompong atau kapal yang lebih besar menjadi primadona. Hal itulah yang menjadikan kota Kuala Tungkal menjadi kota pelabuhan di muara sungai Pengabuan yang cukup ramai.
Kegiatan ekonomi masyarakat terutama disekitar pelabuhan sangat semarak. Berbagai macam barang dari luar negeri baik yang legal maupun tidak, banyak yang masuk ke Kuala Tungkal. Sehingga Kuala Tungkal sempat menjadi primadona bagi para pencari barang-barang luar negeri terutama barang bekas dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Bahkan dulu mobil mewah atau moge juga sempat masuk melalui pelabuhan ini.
Namun kini, seiring dengan diperbaikinya akses jalan dan juga harga tiket pesawat yang cukup bersaing, maka popularitas angkutan air pun ikut menurun. Pun demikian, barang-barang luar negeri juga terkena imbasnya dengan diperketatnya peraturan dan pengawasan dari pemerintah. Saat ini barang bekas "impor" yang lazim dijumpai di Kuala Tungkal antara lain kasur, alat elektronik, sepeda dan baju.
Untuk "merayakan" tahun ketiga saya di kota ini maka saya ingin memotret kota ini terutama dari identitas lamanya yaitu sebagai kota pelabuhan.
Jembatan Water Front City, "Ikon" baru Kuala Tungkal
Rumah kayu yang bertahan diantara bangunan beton
Sebagai kota pelabuhan, masyarakat Tungkal juga banyak yang berprofesi sebagai nelayan
Salah satu sudut "Kampung Nelayan"
Perahu sebagai alat transportasi masyarakat
Pelabuhan penyeberangan Ro-Ro yang akan diresmikan Presiden Jokowi
Senja di "Ancol Beach"
Perahu kayu untuk mengangkut barang
Nelayan pulang melaut