Tampilkan postingan dengan label taman kota. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label taman kota. Tampilkan semua postingan

21 Nov 2018

BOYOLALI RHAPSODY

Sebenarnya saya juga kurang paham dengan maksud judul diatas, tapi kok terasa cukup ear catching di telinga –ya kali di mata-. Dua kata kata yang baru viral, yang pertama karena disinggung oleh calon presiden yang sedang berorasi dan bermaksud melontarkan humor satire namun tidak pada tempatnya sedangkan kata yang kedua adalah film yang baru dirilis dan sekaligus adalah biografi dari grup musik legendaris “QUEEN”.
Benar-benar tak terduga, kota kelahiran saya ramai dibicarakan cuma karena urusan tampang. Sebenarnya, tidak ada yang salah dari konstruksi tampang orang Boyolali. Kontur wajah yang dibentuk oleh kharisma Gunung Merbabu dan Merapi. Menurut konteks pidato yang disampaikan oleh prabowo tampang Boyolali direpresentasikan untuk menyebut kemiskinan dan tampang yang layak untuk ditolak oleh hotel-hotel mewah. Jangan sampai nanti kalau ada orang yang mau nembak gebetannya trus ditolak dengan alasan “Kamu terlalu tampang Boyolali untukku”, kan syetdih...

 Patung Arjuna Wiwaha


Secara statistik, angka-angka di atas kertas, Boyolali memang tidak masuk daftar kabupaten miskin. Tapi kalau Jakarta jadi pembandingnya ya tetap saja kota ini bakal mblesek. Tapi untuk saat ini kota Boyolali menurut saya sudah cukup kece sekali dengan perkembangan yang sangat pesat dari segi pembangunan infrastuktur. Banyak bangunan baru dan landmark yang dibangun di kota susu semenjak 3 tahun terakhir. Karena termasuk kota kecil, maka kita akan mudah bernavigasi di Boyolali. Ada area nongkrong di Alun-alun Boyolali yang asri, bersebelahan dengan Kantor Bupati Boyolali. Di area kompleks tersebut akan terlihat gedung sapi yang menarik, gedung Lembu Sora namanya. Gedung yang berwujud patung sapi  setinggi sekitar 11 meter ini sekilas hanya seperti patung landmark atau monumen biasa. Namun, patung ini sebenarnya merupakan gedung yang dibangun Pemda untuk tempat pertemuan atau kunjungan tamu dari luar kota.



Gedung Lembu Sora

Masjid Ageng Boyolali

Ada tiga ikon baru yang semakin menambah nuansa lain di Boyolali. Monumen Tumpeng Merapi, Monumen Susu Murni dan Taman Tiga Menara akan dibuka untuk umum dan diharapkan bisa menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kota Susu. Monumen Tumpeng Merapi merupakan bangunan yang berada di persimpangan Tegalwire atau di depan Museum R. Hamong Wardoyo. Secara visual, monumen ini berbentuk kerucut menyerupai tumpeng sesuai dengan namanya. Sementara Monumen Susu Murni yang berada di depan Pasar Boyolali Kota menggantikan Tugu Jam ini terbuat dari baja. Bangunan ini akan menggambarkan susu sapi dalam botol yang tertuang ke gelas yang ada di bawahnya. 

 Monumen Susu Murni

Tugu Tumpeng Merapi

Adapun Taman Tiga Menara terdiri dari tiga miniatur bangunan Tujuh Keajaiban Dunia (Seven Wonders). Bangunan tersebut yakni Menara Pisa, Menara Eiffel dan Patung Liberty detil dengan ornamen dan skala ukurannya menyerupai aslinya. Selain tiga menara tersebut terdapat bangunan Tujuh Keajaiban Dunia (Seven Wonders) lainnya di Alun-alun lor yang sedang dalam proses pembangunan. Semoga dengan adanya pembangunan yang lagi gencar di Boyolali dapat mengubah mentalitas dan image dari “Tampang Boyolali”.

 Miniatur Borobudur di Alun-alun Lor

 Miniatur Piramida di alun-alun Lor

Menara Eiffel

Menara Pisa

6 Jul 2018

Boyolali Juga Punya Taman Kota

              Momen Lebaran menjadi saat yang paling tepat untuk melepas semua kerinduan. Kerinduan kepada keluarga, kampung halaman, tetangga, mantan. Walaupun di era modernisasi ini semakin mudah cara untuk berkomunikasi, tetapi tetap beda rasanya apabila kita bisa berpelukan, bercengkerama, atau sekedar menatap orang yang kita kasihi secara langsung daripada hanya sekedar menatap layar telepon genggam. Dan juga karena saya merasa tidak dilahirkan dari batu, maka sudah menjadi kewajiban untuk pulang menengok orang tua pada momen lebaran tahun ini.

                Sudah terbayang dibenak saya untuk menikmati kesejukan semilir angin hembusan dari dua raksasa Jawa yang berdampingan, si Merapi dan si Merbabu. Apalagi libur lebaran tahun ini lumayan panjang dan juga ditunjang dengan fasilitas jalan yang semakin bagus serta mulai banyak jalan tol baru yang dioperasikan tentu akan semakin mendukung kenyamanan para perantau untuk kembali ke kampung halaman. Di musim mudik kali ini senang rasanya banyak mendengar opini positif mengenai fasilitas yang telah dibangun pemerintah tersebut dan mereka sadar bahwa jalan tol yang telah dibangun pemerintah berasal dari uang pajak yang kita bayarkan. Janji pemerintah untuk membangun jalan tol trans jawa dan sumatera mulai menunjukkan hasilnya.

               Dalam 3 tahun terakhir ini upaya membangun ruang terbuka publik serta taman terus digencarkan di Boyolali. Taman-taman yang dibangun di wilayah Kota Boyolali maupun kecamatan lain dibangun secara tematik, membuat saya pangling dengan kota ini. Salah satu taman yang dibangun cukup dekat dengan pusat kota dan yang penting gratis :) adalah Taman Pandan Alas. Taman yang dibangun pada tahun 2016 ini kini telah ramai oleh pengunjung. Baik dari warga asli Boyolali maupun warga luar Boyolali. Karena tempatnya yang strategis, yaitu berada di sebelah selatan Lampu merah perempatan “SEIKO” yang dahulunya adalah gedung perpustakaan umum daerah, membuat taman ini begitu mencolok bagi pengendara yang melintasi maupun berhenti di jalan ini. Tak sedikit pula pengendara mampir ke tempat ini untuk sekedar melepas penat.





                Berkunjung disini tidak dikenakan tarif masuk hanya membayar parkir saja, meskipun begitu tetap wajib jaga kebersihan dan segala fasilitasnya ya. Taman ini menurut saya sangat ramah anak dan sangat cocok digunakan untuk menikmati udara sejuk kota susu di pagi hari atau sore hari. Fasilitas yang terdapat disana antara lain plaza, playground anak, outbond, kedai, dan mushola jamur.

         Selain itu Taman Pandan Alas juga menyediakan fasilitas pendukung seperti tempat sampah,tempat cuci tangan,tempat wudhu,kamar mandi dan tembok bebas yang biasanya digunakan anak anak untuk mencoret coret atau menggambar sesuai keinginannya.





 Ciloknya enak

                Senang rasanya melihat kota kelahiran saya ini mulai mengeliat setelah sebelumnya pembangunan di kota ini saya nilai cukup stagnan. Semoga ini menjadikan Boyolali bukan hanya menjadi penonton bagi kemajuan daerah-daerah di sekitarnya tetapi bisa menjadi trendsetter dan kota yang nyaman bagi masyarakatnya. Boyolali The Smile of Java :)
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com