8 Mei 2014

Nyanyian Walet di Kuala Tungkal

    Pernah terbersit dalam hati pada saat mengunjungi salah satu kota walet di Jawa Tengah agar suatu saat bisa mengunjunginya lagi. Dan pada tanggal 28 Maret 2014 keluar sebuah pengumuman mutasi / pindah kerja ke salah satu kota di provinsi Jambi, yaitu Kuala Tungkal. Belum ada feeling apa-apa sampai mulai memasuki daerahnya, ternyata ini adalah kota walet juga tetapi di pulau Sumatera. Sungguh Allah adalah pemilik skenario yang paling hebat, tidak langsung memberikan ikan tetapi memberikan kail agar saya (lebih) berusaha dan berjuang dulu di kota ini dengan konsekuensi jauh dari keluarga, tapi life must go on.... Semoga nanti pada saatnya kembali ke pulau Jawa saya bisa lebih bersyukur dan menghargai hidup. Sudah ah, curhatnya....

    Gerbang masuk Kuala Tungkal

    Kuala Tungkal adalah ibukota dari kabupaten Tanjung Jabung Barat. Merupakan kota yang cukup strategis karena merupakan pintu masuk ke kota Jambi dari jalur laut, baik itu untuk manusia atau barang. Terletak di sebelah utara kota jambi dan apabila ditempuh dengan jalur darat sekitar 2-3 jam. Kondisi jalan yang naik turun meliuk-liuk dan rusak di beberapa bagian sudah menanti di depan mata. Yap, kondisi khas jalan raya di ruas Sumatera. Selama perjalanan kita akan disuguhi hamparan perkebunan sawit yang sangat luas. Kuala Tungkal sendiri  merupakan suatu kota yang dibangun di atas rawa berlumpur di pinggir laut jadi mayoritas tanahnya adalah tanah rawa dan gambut sehingga bangunannya menggunakan pondasi rumah panggung dan masih banyak rumah yang terbuat dari papan. Bahkan ada beberapa kantor pemerintahannya juga dibuat dengan kayu.
 
    Kuala Tungkal juga menjadi pusat masuknya produk-produk impor. Pada 1990-an, barang-barang bekas dari Singapura marak beredar. Tidak sedikit orang dari luar daerah khusus datang ke Kuala Tungkal hanya untuk berburu barang bekas, seperti pakaian, sepeda, kasur, jaket kulit, dan perabot rumah tangga. Hal lain yang menarik dari kota ini adalah meskipun tanahnya labil dan rawa tetapi banyak terdapat bangunan gedung-gedung tinggi. Semacam apartemen berlantai 4 atau 5, tetapi ada yang ganjil dengan bangunan ini. Gedung-gedung bertingkat ini dibuat dengan formasi rumah walet di bagian atasnya, di bawahnya menjadi toko, dan bagian tengahnya barulah penghuni rumah itu tinggal. Suasana sangat ramai dan riuh dari suara walet-walet tersebut maupun dari CD suara walet yang sengaja diputar pemilik gedung guna menarik walet agar masuk dan membuat sarang di gedung mereka.

"Apartemen" Walet

 Para walet "pulang" di senja hari

    Kota Kuala Tungkal ini memiliki masyarakat yang heterogen.Suku Banjar, Minang, Melayu, Jawa, bugis dan berbagai etnis berbaur di kabupaten yang terkenal dengan julukan kota bersama ini. Bisa dikatakan bahwa sebenarnya penduduk asli kota ini tidak ada karna sebagian bahkan seluruh warga yang ada di kota Kuala Tungkal adalah warga pendatang dari kota-kota sekitarnya. Walaupun penduduknya dari berbagai macam etnis, tetapi toleransi antar masyarakatnya sangat terjaga. Hal ini bisa dilihat dari letak tempat ibadah yang saling berdekatan antara masjid, gereja, vihara, klenteng dan yang lainnya.

 Tidak jauh dari klenteng ini ada pondok pesantren yang cukup besar

    Obyek wisata yang bisa kita nikmati di kota ini antara lain, ‘pelabuhan’ Kuala Tungkal, pasar tradisional di pinggir sungai (yang dekat dengan lautnya) dan pusat perbelanjaan barang seken (second). Di Pelabuhan, kita akan disuguhi suasana alam yang masih asli. Pelabuhannya begitu sederhana. Jalan setapak menuju kapal boat masih menggunakan kayu dan dibangun seperti panggung. Namun demikian banyak pelancong yang memanfaatkan pelabuhan ini untuk pergi menuju pulau Batam bahkan ke negara tetangga, Singapura. Pemandangan pagi dan sore saat sunset dan sunrise sungguh eksotik. Banyak warga yang memanfaatkannya untuk rekreasi sembari menikmati  makanan kecil yang banyak dijual di sekitar pelabuhan. Jika air surut, kita dapat melihat binatang-binatang laut seperti kepiting dan ‘ikan’ cempakul (semacam ikan yang bisa berjalan) muncul dari lumpur yang mengelilingi pelabuhan itu.


 Suasana senja di "Water Front City" Kuala Tungkal

    Kuliner utama disini tentu saja seafoodnya. Sebut saja RM. Nikmat dengan kerang dan tim ikannya yng super dahsyat, atau warung seafood tenda di dalam terminal. RM Setia Jaya dengan kerang dan kepitingnya yang menggugah selera untuk nambah nasi lagi, :) Coba juga rumah makan cak mid, lokasinya di depan terminal pas di perempatan jalan. Menu yang jadi andalan adalah pindang asam pedas ikan gerot (konon katanya ini ikan paling enak, jauh lebih enak dibanding kakap dan bawal) serta kepiting saus telur. Lupakan sejenak kolesterol, saat menikmati makanan ini. Si ikan gerot dengan kulit sangat tebal dan daging putih memang enak, dipadu dengan kuah pindang yang segar... Sangat memanjakan lidah... :)

   Selain hal-hal menarik diatas, ada beberapa bagian dari kota ini yang kurang saya sukai. Yang pasti adalah air, air disini mayoritas berwarna cokelat dan agak berbau. Berdasarkan pengalaman, air yang terbaik adalah air hujan. Tetapi itupun tidak bisa langsung digunakan untuk mandi, harus dimasak dulu apabila tidak ingin badan menjadi linu-linu. Kemudian adalah nyamuk, terutama nyamuk rawa yang ukurannya cukup besar dan apabila menggigit menimbulkan bekas bentol-bentol yang cukup besar. Yang ketiga adalah infrastruktur terutama jalan utama yang rusaknya sudah teramat sangat parah. Tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah setempat, karena selain kondisi geografis tanahnya yang labil, hampir setiap musim air laut pasang terjadi banjir rob dan menggenangi jalan sehingga mempercepat kerusakan jalan.

Taman Kota

Becak Sepeda, angkutan khas Kuala Tungkal

Suasana Pasar

Tugu Juang 1945

27 Apr 2014

Trekking (santai) di Lembah Harau


 Trekking Santai
Lembah Harau adalah sebuah ngarai dekat kota Payakumbuh di kabupaten Limapuluh Koto, provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau diapit dua bukit cadas terjal dengan ketinggian mencapai 150 meter. Lembah Harau .dilingkungi batu pasir yang terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter. Topografi Cagar Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari permukaan laut adalah 500 sampai 850 meter, bukit tersebut antara lain adalah Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang. Berjalan menuju Lembah Harau amat menyenangkan. Dengan udara yang masih segar, Anda bisa melihat keindahan alam sekitarnya. Tebing-tebing granit yang menjulang tinggi dengan bentuknya yang unik mengelilingi lembah. Tebing-tebing granit yang terjal ini mempunyai ketinggian 80 m hingga 300 m. sumber
    Keindahan Lembah Harau ini tidak perlu diragukan lagi. Bahkan banyak pemanjat tebing baik lokal maupun internasional menjulukinya Yosemite-nya Indonesia. Selain memiliki dinding-dinding bukit batu terjal yang sangat memukau, kawasan wisata ini juga memiliki banyak air terjun. Yang sudah dibuka untuk umum ada 5 buah yaitu, sarasah Aka Barayun, sarasah Aie Luluih, Sarasah Bunta, Sarasah Murai dan sarasah Aie Angek. Selain kelima air terjun tersebut, sebenarnya masih ada air terjun yang lain yang belum dibuka untuk umum.
    
    Karena penasaran dengan air terjun yang belum dibuka tersebut, maka kami berempat ingin mencari tahu sekaligus mencoba medan trekking di lembah Harau ini. Kami menyebut ini Trekking santai karena memang tidak terlalu ngoyo untuk sampai ke atas tebing, disesuaikan dengan kemampuan nafas dan kaki masing-masing. Dengan menyewa seorang pemandu lokal, kami mulai menaiki lembah harau dengan berjalan kaki sekitar 500 m dari parkiran sarasah Bunta. Dari sini perjalanan dimulai dengan masuk ke jalan setapak batu kecil yang dipenuhi ilalang yang cukup tinggi.

Jalur masuk Trekking

    Jalur Trekking di Harau ini bervariasi dan cukup menantang. Ada trek berbatu-batu, ada juga sungai-sungai kecil berair jernih yang mengalir ke air terjun. Di rute awal ini jalan agak menanjak dan kadang kami harus sedikit merayap untuk menjaga keseimbangan. Harap berhati-hati juga apabila berniat trekking di musim hujan, karena treknya akan menjadi lebih licin. Kawasan Lembah Harau ini seluas 270,5 hektar yang ditetapkan sebagai cagar alam sejak 10 Januari 1993. Di cagar alam dan suaka margasatwa Lembah Harau ter terdapat berbagai spesies tanaman hutan hujan tropis dataran tinggi yang dilindungi, plus sejumlah binatang langka asli Sumatera. Monyet ekor panjang (Macaca fascirulatis) merupakan hewan yang acap terlihat di kawasan ini. 




    Setelah kurang lebih satu jam melakukan perjalanan, akhirnya kami menemukan pos peristirahatan, pos ini berupa gubuk kecil di atas bukit dengan pemandangan Lembah Harau dari atas yang sangat memukau. Sambil beristirahat memulihkan tenaga, terlihat dari jauh bukit-bukit harau yang menjulang dan pemandangan gunung Sago dari jauh. 




    Dalam trekking ini kita juga akan melewati lokasi kebun-kebun Gambir yang pernah menjadi komoditi idola di masa lampau. Dulunya, kawasan Lembah Harau adalah areal penanaman Gambir yang merupakan tanaman penghasil pewarna kain. Saat harga tinggi, masyarakat setempat sepenuhnya menggantungkan diri pada Gambir. Gambir-gambir dari Harau dulunya diekspor ke India, Pakistan dan Jerman. Pun demikian kami juga sempat bertemu dengan para petani gambir yang tidak bisa dibilang masih muda lagi usianya. Mereka biasanya akan tinggal diladang Gambir selama berhari-hari dan akan turun membawa hasil panen gambir. Saya sangat takjub melihat para petani ini melahap medan trekking dengan santainya dengan memikul sekeranjang Gambir.

 Petani gambir yang "perkasa"

    Seyogyanya setelah pendakian, pastilah ada turunan. Demikian juga setelah sampai diatas melepas lelah sejenak, dan menikmati kesejukan dan keasrian cagar alam Lembah Harau kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuruni lembah. Ternyata untuk trek turun ini juga masih menyisakan medan yang cukup menantang. Akhirnya perjalanan kurang lebih selama 3 jam ini terobati ketika kami sampai ke air terjun yang airnya sangat jernih dan kondisinya masih cukup alami, karena belum dibuka untuk umum. Kesejukan airnya cukup mengobati kepenatan selama trekking.

Bagaimana cara akses ke sini?

- Lembah Harau terletak 30 km dari Bukit Tinggi & 120 km dari Padang.  Menuju Lembah Harau dapat
  ditempuh selama kurang lebih 1 jam dari Bukit Tinggi & 3 jam dari Padang.
- Bukit Tinggi-Payakumbuh (bus-Rp. 12.000)
- Padang-Payakumbuh (bus-Rp.25-30.000)
- Payakumbuh-Lembah Harau (angkot-Rp. 7000)
- Alternatif lain Kamu bisa menggunakan jasa ojeg motor dari Payakumbuh dengan biaya Rp. 25.000.
- Guide lokal mulai Rp 80.000,-/rombongan (nego)

Batu besar yang ada di dalam hutan Harau

"Hati-hati kalo melangkah mas"

Medan menurun yang perlu "sedikit" usaha

Penat langsung hilang begitu ketemu air terjun

Kolase Foto

14 Mar 2014

Janjang Koto Gadang, Great Wall Cita Rasa Minang

    Ada objek wisata yang relatif masih baru di Bukittinggi, Diresmikan oleh Menkominfo yang kebetulan juga orang Minangkabau yaitu Bapak Tifatul Sembiring pada tanggal 26 Januari 2013 jadi  kurang lebih baru berusia 1 tahun. Selama ini, bila kita menyebut kata Great Wall, bisa dipastikan yang dimaksud adalah tembok raksasa di Cina. Namun, kini tak cuma Negeri Tirai Bambu saja yang memiliki tembok panjang, Sumatera Barat pun punya satu tembok seperti itu, namanya Great Wall of Koto Gadang atau Janjang Koto Gadang dalam bahasa minangnya. 
Sebuah monumen yang menyambut kita di pintu masuk

    Bisa dibilang ini merupakan miniatur dari Tembok Besar yang ada di Cina, karena meskipun dari segi arsitektur janjang ini mirip tetapi Janjang di Koto Gadang ini lebih curam, lebih pendek dan tak selebar Tembok China. Dengan panjang 1,5 kilometer, Great Wall of Koto Gadang ini membentang dari Kabupaten Agam hingga Kota Bukittinggi. Dari segi keindahan, Janjang ini tidak kalah dengan Great Wall di China karena tembok raksasa Koto Gadang melintasi Ngarai Sianok. Di titik itu, pengunjung dapat menikmati pemandangan lembah raksasa nan indah dan hijau. Janjang koto Gadang ini dari jaman penjajahan Belanda telah digunakan sebagai jalur akses penduduk desa untuk berkunjung ke desa lainnya atau jalan pintas untuk ke pusat kota Bukittinggi.

 Pemandangan Ngarai Sianok

     Untuk ke sana, kita cukup berkendara ke arah Ngarai Sianok, belok ke kiri di sebuah persimpangan di Jl. Panorama. Jalan yang cukup sempit, berkelok-kelok dan menurun memang agak menyulitkan dan membuat pengendara harus selalu berhati-hati. Selang beberapa menit perjalanan dari persimpangan tadi, di sebelah kiri kita akan menemui pintu masuk ke Janjang Kotogadang. Tak ada loket untuk memungut biaya masuk. Wisata tangga ini gratis, Hanya dibutuhkan fisik yang prima dan stamina yang cukup kuat. 
    Jalan pertama yang dilalui menurun. Jarak beberapa ratus meter, ada jembatan gantung yang hanya boleh dilalui oleh maksimal 10 orang. Jembatan ini berguna untuk meniti sungai yang terjal. Penuh tantangan. Selepas dari jembatan gantung, adrenalin pengunjung kembali diuji. Sebab kita harus mendaki anak tangga yang kabarnya berjumlah seribu jenjang *belum sampai seribu sih, tapi cukup bikin kaki pegal* makanya tempat ini juga sering disebut Janjang Saribu. Setelah sampai di ujung janjang, sebenarnya ada tempat parkir buat kendaraan-kendaraan yang masuk dari Kotogadang. Jadi silakan memilih, mau naik janjang dari Ngarai Sianok atau turun janjang dari Kotogadang. Kekhasan yang lain dari Kotogadang ini adalah kerajinan peraknya. Entah bagaimana asal muasalnya, arti nama nagari ini sama dengan Kotagede di Yogyakarta, yang sama-sama menghasilkan kerajinan perak.

Jembatan gantung dan janjang saribu yang telah menanti

Sebaiknya membawa bekal air minum karena di beberapa lokasi cukup panas pada siang hari

    Jalan menurun apabila kita masuk melalui rute Kotogadang

    Selama perjalanan anda menelusuri Janjang  kita tidak hanya disuguhi dengan banyaknya anak tangga untuk mencapai dasar lembah. Kita juga akan dibuat terpana melihat keindahan alam di sekitar dengan tegaknya Gunung Marapi dan Gunung Singgalang yang tampak mempesona dari kejauhan. Hal inilah yang akan menjadi obat lelah kita karena pemandangan lainnya pun ikut serta menyegarkan pikiran. Selain itu, tak jarang beberapa satwa berupa kera akan tampak melintas, melewati ranting-ranting pepohonan. Tak kalah pula, nyanyian para burung pun menjadikan suasana terasa benar-benar alami. Jadi, kapan lagi bisa menyaksikan (miniatur) Tembok Raksasa China dari dekat??

 Sayangnya tangan-tangan jahil vandalism telah mengotori tempat ini

 Jangan lewatkan tempat ini kalo ke Bukittinggi

11 Mar 2014

Surga Seafood di Pantai Depok


Kapal nelayan yang bersandar di Pantai Depok

    Anda seorang seafood lover? penikmat kuliner dari laut? belum pas rasanya apabila berkunjung ke Jogja tetapi melewatkan tempat yang satu ini, yaitu Pantai Depok. Yap, Pantai Depok sudah lama terkenal reputasinya sebagai salah satu pusat kuliner seafood di pesisir pantai selatan Jogja. Di antara pantai-pantai lain di wilayah Bantul, Pantai Depok-lah yang tampak paling dirancang menjadi pusat wisata kuliner menikmati sea food. Di pantai ini, tersedia sejumlah warung makan tradisional yang menjajakan sea food, berderet tak jauh dari bibir pantai. selain itu juga terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang cukup besar, sehingga pengunjung dapat membeli berbagai jenis ikan laut segar yang kemudian bisa diolah di warung-warung tersebut. Ada banyak jenis ikan yang bisa dinikmati, antara lain ikan bawal, ikan kakap merah dan putih, ikan kerapu, ikan cakalang, dan kalau sedang musim kadang ada juga ikan barakuda. Selain itu terdapat juga jenis makanan laut yang lain seperti udang, kerang, kepiting dan cumi. Ikan segar tersebut biasa diolah dengan cara dibakar,goreng, asam manis, saus tiram atau soup.

Suasana di Tempat Pelelangan Ikan (sumber: google)

    Terletak di Kabupaten Bantul, Provinsi DIY, sekitar tiga puluh kilometer di sebelah selatan kota Jogja. Pantai Depok berada di Kec. Kretek, Kab. Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta, Indonesia. Akses menuju Pantai Depok bisa ditempuh dengan melewati jalur yang sama dengan jalur ke Pantai Parangtritis. Tepat sebelum memasuki gerbang wisata pantai Parangtritis, kita belok ke kanan sesuai dengan rambu-rambu yang ada disana.
     Dari area parkir hingga melewati bangunan-bangunan los di TPI, lanskap laut maupun bibir Pantai Depok memang belum terlihat, meski deburan ombaknya sudah mulai terdengar. Jika ingin segera menikmati kawasan pantainya, kita masih harus berjalan beberapa puluh meter lagi. Lalu, amatilah langkah kaki hingga terasa agak berat oleh kontur tanah yang berpasir. Tengara atau tanda yang sering digunakan untuk menandai kawasan Pantai Depok adalah tanah pasir. Jika kaki sudah merasakan butiran-butirannya, kita akan segera bisa menangkap pemandangan Pantai Depok yang menyegarkan.

 Kapal nelayan yang merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat

 Mendung cukup pekat di Pantai Depok
    Sayangnya cuaca pada saat saya berkunjung kesana kurang begitu bersahabat, mendung gelap menggelayut di langit kota Jogja sejak siang hari. Tetapi untungnya saya masih berkesempatan untuk menikmati sunset Pantai Depok. dan benar saja, tak berselang lama turunlah hujan yang cukup lebat. Sebenarnya bukan sekali ini saya "kehujanan" di pantai, seperti pada cerita di wediombo. Tetapi bedanya disini adalah pantai Depok, dimana seperti saya sebut di awal tulisan ini bahwa disini adalah surganya seafood dan banyak warung di sepanjang pantai, jadi tak perlu susah mencari tempat berteduh. Menikmati seafood segar di pinggir pantai pada saat hujan ternyata menimbulkan pengalaman baru yang tak terlupakan. Berhubung keasyikan menikmati sepiring kakap bakar di depan saya sehingga lupa untuk mengambil gambar warung dan makanannya... :)

Bagi yang penasaran silakan coba langsung surga seafood yang ada di kota Jogja ini, Happy Travelling...

Sunset di Pantai Depok

12 Feb 2014

Serunya Bertualang di Taman Pintar

    Bosan dengan tempat wisata yang biasa? Ingin mencoba sensasi liburan yang lain? Mungkin Taman Pintar ini bisa menjadi jawabannya. Berada di jantung kota Jogja dan masih satu komplek dengan Benteng Vredeburg dan Malioboro menjadikan lokasi Taman Pintar ini sangat strategis. Jangan takut apabila nanti masuk ke taman ini kita akan dites dengan soal-soal yang rumit bin njlimet, karena itu semua tidak akan terjadi. Yang ada kita akan bertambah pengetahuan terutama di bidang science dengan cara yang menyenangkan.

Bagian depan Taman Pintar

    Memang selama ini Taman Pintar identik dengan anak-anak karena banyaknya wahana permainan disana yang mengundang anak-anak untuk betah berlama-lama di Taman ini. Namun jangan salah, dibalik wahana permainan tersebut ada banyak manfaat yang luar biasa. Di sinilah Anda bisa bereksplorasi dengan aneka ilmu pengetahuan. Jangan pernah menganggap diri kita anak sekolah. Tetapi anggaplah diri sebagai traveler yang suka menjelajah :)

     Halaman Taman Pintar cukup luas disebut dengan area PlayGround. Di area ini terdapat bermacam permainan yang menggunakan konsep fisika sederhana seperti sistem katrol, Parabola berbisik, hingga Dinding Berdendang. Apabila ingin menikmati area PlayGround ini tidak dipungut biaya alias gratis, namun apabila kita ingin masuk ke dalam bangunan yaitu Gedung Memorabilia dan Gedung Oval maka terlebih dahulu harus membeli tiket sebesar Rp15.000,00 untuk dewasa dan Rp8.000,00 untuk anak-anak.

 
Gedung Oval

    Setelah membeli tiket, saya langsung menyerahkannya ke petugas didepan gedung oval, dengan ramah petugas tersebut mengarahkan bahwa saya harus memasuki ruang memorabilia terlebih dahulu sebelum masuk ke gedung oval. Jadi sudah ada semacam rute yang harus dilalui pengunjung agar suasana lebih tertib terutama di masa liburan sekolah yang pengunjungnya bisa sangat banyak. Di ruang Memorabilia ini para pengunjung dapat melihat  miniatur bangunan keraton Yogyakarta secara detail dan menyeluruh, ada pula foto raja-raja dari Keraton Yogyakarta, mulai dari Hamengkubuwono I sampai dengan raja yang sekarang bertahta, Yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono X. Selain foto para raja, di tempat ini pula terdapat foto tokoh-tokoh Pendidikan di Indonesia, dan juga foto-foto Presiden  yang pernah memimpin NKRI, mulai dari Sukarno sampai dengan presiden SBY. Ada pula peninggalan beberapa presiden yang pernah menjabat di Republik ini. Ada buku karangan Pak SBY, ada baju mantan Presiden Gus Dur dan lainnya.



 Baju Koko Mantan Presiden Gus Dur (alm) dan Barang-barang milik Presiden SBY

    Dari Ruang Memorabilia, perjalanan dilanjutkan ke Gedung Oval. Begitu masuk, kita akan sampai di ruang depan, dimana terdapat layar TV di lantai di sayap kanan dan kiri ruangan yang menayangkan video penelitian tentang terbentuknya alam semesta, kehidupan pra sejarah, dll. Dari ruang depan itu nampak sebuah terowongan pendek yang ternyata adalah sebuah terowongan bawah air yang menembus Aquarium Air Tawar. Dari balik kaca yang memisahkan terowongan dengan aquarium, nampak aneka jenis ikan air tawar mulai dari lele, gurami, dsb berenang-renang dengan bebas. Melangkah masuk, tiba-tiba saya dikejutkan denga suara raungan yang cukup keras dari patung T-rex yang cukup besar yang menyambut saya. Ternyata ini adalah area pra sejarah, dimana ada diorama manusia purba yang sedang berusaha menyalakan api untuk memasak dan juga berburu hewan sambil memegang tombak. . 

    Cukup spooky menurut saya berada disini, jadi saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan dan menemukan sebuah Dome Area (area kubah). Sebuah ruangan berbentuk lingkaran yang besar dan tinggi segera nampak. Di pinggir ruangan ini ada beberapa stand yang memeragakan alat-alat iptek sederhana seperti Whimshurst Machine, Generator Van de Graft, Air track (rel udara), peta kenampakan alam Indonesia lengkap dengan lampu-lampu kecil warna-warni yang menandai letak gunung, sungai, danau, dsb, pemadam kebakaran otomatis, pendeteksi banjir, tempat wudhu otomatis yang langsung menyala begitu kita injak lantainya, dsb. Setelah itu ada jalan memutar berbentuk oval naik ke lantai 2 dengan foto tokoh-tokoh dunia seperti Copernicus, Einstein, dsb serta poster planet-planet tata surya kita di sepanjang dindingnya. Lantai 2 gedung oval berisi alat peraga tentang alam semesta, bumi kita, simulator gempa, simulator dan detector tsunami, peraga listrik, teknologi konstruksi, zona telekomunikasi dan try science around the world.

 Bagian dalam Gedung Oval

 Diorama Kota Jogja

Zona Warisan Leluhur, menampilkan aset-aset budaya yang tak ternilai harganya.

    
    Selain Gedung Oval, masih ada lagi Gedung Kotak. Dalam gedung ini terdapat bioskop 4 Dimensi yang dapat dinikmati bersama keluarga. Cukup membayar Rp. 15.000 per orang untuk menonton satu film. Rencananya di Gedung Kotak ini juga akan terdapat Exhibition Hall, Ruang Audiovisual, Radio Anak jogja, Souvenir Counter, zona materi dasar dan penerapan iptek, laboratorium sains, serta Courses Classes.

    Apakah menurut anda hanya itu yang ditawarkan oleh Taman Pintar Yogyakarta? Tentu saja tidak. Masih banyak lagi alat peraga yang dapat dicoba saat berkunjung ke Taman Pintar. Dengan motto 3-N, yaitu : Niteni (memahami atau mengingat), Nirokake (menirukan), Nambahi (mengembangkan), atau dalam bahasa teknologi menjadi 3-A, yaitu : Adopt, Adapt, Advance, maka diharapkan Taman Pintar ini dapat menjadi salah satu sarana untuk mencerdaskan bangsa. Jadi, Gak kalah seru kan "bertualang" di tempat wisata edukasi?

"Gong perdamaian Nusantara (sarana persaudaraan dan pemersatu bangsa)". Di sekeliling gong tersebut nampak logo dari semua propinsi dan kabupaten yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 Emm... abaikan saja foto ini :-)
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com