29 Jul 2013

Sawahlunto, Dari Kota Hantu Menjadi Tambang Wisata Sumbar


    Sawahlunto dulunya terkenal sebagai kota pertambangan batu bara. Namun, saat industri pertambangan sudah habis, kota inipun nyaris mati. Di kota yang didirikan pada tahun 1888 ini, banyak berdiri bangunan-bangunan tua peninggalan kolonial Belanda. Dahulu banyak pekerja didatangkan ke Sawahlunto terutama dari pulau Jawa dan ada pula yang didatangkan dari Belanda. Mayoritas mereka adalah para tahanan dan dalam aktivitas sehari-hari kaki mereka dirantai sehingga sering disebut pula orang rantai.



    Saat ini kota Sawahlunto berkembang menjadi kota wisata tua yang multi etnik, sehingga menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia. Objek wisata unggulan yang ada di kota ini adalah atraksi wisata tambang, dimana pengunjung dapat melakukan napak tilas pada areal bekas penambangan yang dibangun pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Objek wisata ini dinamai Lubang Mbah Suro yang diambil dari nama seorang mandor pekerja paksa, Mbah Suro.



 Berpose di depan patung Mbah Suro (model diatas bukan penulis-red). Uniknya kalo kita masuk ke lobang Mbah Suro ini akan disediakan sepatu Boot dan helm tambang seperti foto diatas (statusnya pinjam,hehe).



    Objek wisata lain yang patut dikunjungi adalah Museum Goedang Ransoem. sesuai namanya, museum ini dulunya adalah Dapur umum yang menyuplai kebutuhan makan hampir seluruh penduduk kota. Mulai dari para pekerja tambang sampai pasien di rumah sakit Ombilin. Catatan sejarah menunjukkan Dapur Umum memasak rata-rata 65 pikul beras setiap harinya. Selain itu juga memasak dan menyediakan makanan ringan seperti lepek-lepek bagi pekerja tambang, bubur bagi pasien Rumah Sakit Ombilin. Kita patut berbangga karena memasak dalam skala besar dengan teknologi uap panas sudah hadir di Sawahlunto sejak awal abad ke-20, bahkan yang pertama di Indonesia masa itu



    Karena itu pula peralatan masak yang tersedia dalam ukuran serba besar. Dapat kita lihat diatas betapa besarnya periuk pemasak nasi dan sayur dengan diameter 124 cm hingga mencapai 148 cm, badan periuk setinggi 60 cm hingga 70 cm dan tebal 1,2 cm.


Steam generator (Tungku Pembakaran) buatan Jerman tahun 1894 yang dibuat oleh ROHRENDAMPFKESSELFABRIK D.R PATENTE. NO.13449 & 42321
 (silakan dipikirkan bagaimana cara membacanya...)


Cerobong asap yang menjulang tinggi


Tampak salah satu bangunan di komplek Museum Gudang Ransum yang masih berdiri gagah.


Silo penampungan batubara milik PT Bukit Asam Unit Produksi Ombilin (PT.BA UPO)


 
Dibangun pada tahun 1916 dengan nama "Ombilin Meinen" yang berfungsi sebagai kantor pertambangan. Dan hingga sekaraang, masih digunakan sebagai kantor pertambangan PT BA UPO.


 
Percayalah, ini bukan cuka atau air "AO" ataupun jenis minuman keras yang lain. Sebelum "benda" ini keluar yang kami pesan adalah minuman soda gembira. Dan kalo kita lihat dari labelnya barulah kita ngeh bahwa ini memang "Air Soda" seperti tertulis besar di merk-nya. :)

25 Jul 2013

Kesederhanaan yang Mewah


Aidir, salah satu penghuni panti

    Alhamdulillah hari ini ane berkesempatan mengunjungi sebuah panti asuhan di kabupaten Limapuluh kota. Nama yang cukup unik untuk sebuah Dati II ya? Satu kota aja udah cukup rame apalagi ini sampe lima puluh... wuidiih... Padahal enggak seperti itu kenyataannya. Seperti kebanyakan Kabupaten yang lain, Limapuluh Kota ini cukup bersahaja dan jauh dari gemerlap kehidupan kota (agak hiperbolis).

    Ok, kembali lagi ke topik utama, di panti asuhan ini ane mendapat banyak sekali pelajaran. Bukan baca tulis atau menghitung tetapi lebih berharga dari itu, yaitu pelajaran hidup. Dan itu ane dapat dari anak-anak penghuni panti asuhan. Bagaimana kepolosan mereka, semangat hidup, kelapangan hati, dan rasa berbagi dengan sesama. Walaupun banyak sekali harapan dan cita-cita mereka yang belum terpenuhi dan juga mungkin kurangnya kasih sayang terutama dari orang tua yang semestinya mereka terima tetapi hal tersebut tidak mengurangi semangat anak-anak ini. Mereka tidak mengharapkan limpahan harta benda, liburan ke luar negeri atau pakaian branded. Bagi mereka bisa bersekolah dan bermain tanpa beban fikiran sudah lebih dari cukup membahagiakan. Bagi kita yang terbiasa hidup berkecukupan mungkin menjadi hal yang sederhana tetapi mewah di mata anak-anak ini.

Tempat tidur para penghuni panti


Sudut panti setelah renovasi karena sebelumnya mengalami kebakaran

15 Jul 2013

Pemetik (Pemotong) Teh





     Foto ini diambil dalam perjalanan menuju Solok. Tepatnya ada di Alahan Panjang dekat dengan lokasi wisata Danau Atas dan Danau Bawah. Ini merupakan kebun teh pertama yang saya kunjungi di kawasan Sumatera Barat. Sebagaimana kebun teh lainnya yang pernah saya kunjungi di pulau Jawa, lokasi kebun ini berada di kawasan pegunungan yang pastinya berhawa sejuk. Padahal saat penulis sampai di lokasi ini matahari sudah cukup terik.



    Salah satu yang menurut saya cukup unik (karena ke-katrok-an pribadi sih) adalah bagaimana daun-daun teh ini dipetik, yaitu menggunakan semacam alat pemotong daun. Jadi pekerjaan memetik (memotong) daun teh bisa dilakukan lebih cepat dan mudah. Tapi menurut saya sesuatu yang dilakukan secara manual atau hand made selalu memiliki nilai lebih karena sentuhan manusia tidak bisa tergantikan oleh mesin. Jadi pemetikan teh secara tradisional dengan tangan terasa lebih special bagi saya meskipun kalah praktis dibandingkan dengan mesin.


Dua orang petani sedang  menyortir daun teh yang baru di petik (potong)

Mengepak daun teh untuk diproses lebih lanjut

Sahabat setia penghalau panas mentari


12 Jul 2013

Embun Pagi

    Siang hari yang terik seperti ini kayaknya asyik ya kalo kita lihat yang seger-seger... Tetapi bukan makanan apalagi yang "syur-syur" karena saat ini adalah bulan suci Ramadhan. Bongkar-bongkar arsip lama, ane menemukan beberapa foto "seger" yang diambil saat masih memakai kamera poket dan baru awal-awal ane berada di kota ini (payakumbuh-red).









Sebenarnya foto yang terakhir ini agak OOT karena bukan embun seperti foto yang lain, cuman cukup menyejukkan apabila dipandang saat puasa seperti ini. Yang penting jangan sampai batal puasanya ya... :)

Blusukan di Pasa Lereng

   Kali ini kami akan berwisata ke Bukittinggi. Kota yang cukup sejuk (baca: dingin) dan banyak obyek wisatanya. Sehingga banyak sekali wisatawan yang berkunjung di kota ini apalagi pada saat peak season seperti liburan sekolah saat ini. Saya ingin mengulas sedikit mengenai wisata belanja di Bukittinggi, tetapi bukan wisata belanja ala jetset atau kaum parlente ya.... yang akan saya bahas disini adalah belanja barang bekas. Yup, barang bekas atawa seken atau kawan saya sering menyebutnya barang owolan (entah darimana kosa kata tersebut).

 
    Sebenarnya saya tidak ingin menonjolkan punggung dari orang-orang ini, tetapi yang ingin saya tunjukkan adalah gerbang masuk dari Pasar Wisata Bukittinggi. Lokasi belanja yang akan kita bahas juga bukan di pasar wisata ini (nah lho..) tetapi ada di belakangnya, tepatnya bernama "Pasa Lereng" (Pasa = Pasar dalam bahasa Minang).

   Di pasar ini terdapat berbagai macam barang branded yang tentunya seken tetapi apabila kita jeli dan lihai dalam memilih dan menawar maka kita akan mendapatkan barang yang bagus dengan harga yang murah.

Salah satu sudut pasar yang mayoritas berjualan pakaian

 Sisi lain yang berjualan tas dan sepatu

 Seorang ibu pedagang pakaian yang terlelap diantara tumpukan baju

Pengrajin Batu mulia yang juga banyak ditemui di pasar ini, terutama di pasar wisata

11 Jul 2013

Kemilau Danau Maninjau


    Salah satu obyek wisata di Sumatera Barat yang cukup "WOW" menurut saya. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam dan 84 kilometer dari tempat saya, Payakumbuh. Pemandangan yang memanjakan mata dan perjalanan menuju danau ini pun cukup menantang. Melewati suatu trek yang cukup "unik" yaitu kelok 44. Dimana sesuai namanya, kelok atau tikungan yang kita lewati menuju danau ini cukup banyak dan mungkin bisa lebih dari 44, jadi siapkan perut anda karena mungkin akan terasa sedikit mual :) Tetapi apabila kita kurang berkenan melewati kelok tersebut, panorama danau Maninjau juga bisa kita nikmati dari Puncak Lawang sebagaimana foto diatas diambil.

 




Tarusan Kamang, Danau Dua Muka di Ranah Minang

    Danau di Sumatera Barat ini terbilang unik. Namanya, Danau Tarusan Kamang. Letaknya berada di kaki bukit barisan, Kamang Mudiak, Kabupaten Agam atau sekitar 20 kilometer dari Bukittinggi. Keunikan danau seluas 38 hektare terletak pada perilaku airnya. Suatu waktu danau itu terlihat begitu luas. Namun tiba-tiba airnya menjadi surut, dan dalam sepekan bisa menjadi hamparan padang rumput nan hijau. Karena itu, warga sekitar biasa menyebutnya sebagai danau dua muka.

 Pinjam foto pak Erison J. Kambari

    Obyek wisata ini mungkin kurang familiar di telinga sebagian orang pada saat pertama kali mendengarnya. Jangankan saya yang notabene adalah perantau di ranah minang, pernah juga ditanyakan obyek wisata ini ke beberapa "penduduk lokal" dalam artian orang minang asli pun banyak yang belum mengetahui obyek wisata ini. Bisa dimaklumi karena kurangnya publikasi dan promosi dari pemerintah setempat dan sulitnya akses ke lokasi ini. Sepanjang jalan menuju danau sangat jarang bahkan tidak pernah saya jumpai tanda penunjuk jalan. 

    Tarusan Kamang merupakan jenis danau karst. Namun, jika danau sejenis ini kandungan air tergantung intensitas cuaca, kondisi danau Tarusan Kamang berubah-ubah. Kadang berair, kadang kering, yang masih misteri selama ini. Tidak seorangpun yang tahu pasti, kapan danau ini menggenang dan kapan akan mengering lagi jadi padang rumput. Satu-satunya yang sering menjadi isyarat bagi penduduk adalah adanya bunyi dentuman di pojok danau.

"Bila pada suatu waktu terdengar bunyi dentuman, itu pertanda esok harinya akan muncul air dan menggenang membentuk danau," ungkap salah seorang penduduk yang kesehariannya sebagai petani dan pengembala ternak.


Pemandangan Tarusan Kamang saat senja

    Ada beberapa pohon yang penuh misteri di gundukan tanah di tengah genangan Tarusan Kamang. Ketika air muncul dan menggenang begitu luasnya, seberapapun tinggi dan besarnya air, namun pohon yang di tengah pulau ini tak pernah ikut terendam oleh air...pohon dan rerimbunan akar ini seakan ikut mengapung....berada tetap diatas permukaan air.

Padang rumput luas di sekeliling danau

Sebuah keluarga berekreasi di pinggir danau

Danau bermuka dua ini diperkirakan sudah ada sejak 70 ribu tahun lalu. Karena itu tak satupun warga yang membangun rumah di batas air yang akan berubah menjadi danau.


 Ketika air mulai menggenang, maka ikan-ikan dan sejenis udang pun bermunculan. Konon dulunya ikan-ikan di danau Tarusan cukup besar, tapi kini hanya tinggal ikan-ikan kecil yang dikenal dengan "Pantau Tarusan".

Sepasang itik asyik mandi dan bercengkerama di Danau

"Semakin banyak kita menggali misteri alam, maka semakin bersyukurlah kita kepada Allah SWT"

Puasa means Fasting

    Hari ini kebetulan mentari bersinar cukup terik dan kebetulan (lagi) ini adalah hari ke-2 di bulan Ramadhan 1434 H. Disaat jam-jam "kritis" seperti ini alangkah enaknya untuk bersantai-santai atau bermalas-malasan dengan alasan puasa sebagai pembenaran. Tetapi tanpa sengaja lensa ane menangkap 2 sosok petani yang mungkin adalah suami-istri (ke-sotoy-an penulis) sedang bekerja di sawah. Pada saat foto ini diambil, mereka sedang beristirahat di bawah pohon untuk sekedar mengurangi terik mentari yang membakar kulit. Ane mengambil banyak pembelajaran dari mereka bahwa memang seharusnya puasa itu tidak mengurangi produktivitas dalam bekerja, justru seharusnya dapat lebih meningkat karena apabila menilik dari bahasa Inggris puasa itu sendiri yaitu "fasting" yang artinya cepat.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com